Mengenal Figurative Language, Kunci Memahami Karya Sastra

August 19, 2025 - by Nabilla F.

Kelas Online Mr.BOB Kampung Inggris - Kalau kita baca karya sastra, apalagi yang ditulis dalam bahasa Inggris, sering kali kita ketemu kalimat yang kelihatannya aneh kalau dipahami secara harfiah. Misalnya kalimat “Her smile was the sun that lit my day.” Kalau diterjemahkan secara kaku jadi, “Senyumnya adalah matahari yang menerangi hariku.” Tentu saja itu nggak masuk akal secara literal. Masa iya senyum bisa jadi matahari beneran?

Inilah fungsi utama figurative language, atau yang kita kenal sebagai bahasa kiasan. Figurative language adalah trik bahasa yang dipakai penulis buat menyampaikan makna lebih dalam, bikin pembaca ngerasain emosi tertentu, atau sekadar membuat kalimat jadi lebih indah. Figurative language bisa dianggap sebagai penyedap rasa utama dalam karya sastra. Tanpa itu, puisi, drama, atau novel Inggris bakal hambar dan datar.

Buat kita yang mau benar-benar memahami karya sastra Inggris, paham figurative language itu penting banget. Karena kalau cuma baca apa adanya, kita cuma dapat permukaan. Tapi kalau bisa nangkep bahasa kiasannya, kita bisa masuk ke lapisan makna yang lebih dalam, dan itu justru inti dari membaca sastra.

Oh iya, masih seputar istilah dalam Bahasa Inggris yang sering bikin bingung, kamu juga bisa cek artikel kita tentang perbedaan antara ‘Poem’ dan ‘Poetry’. Dua kata ini kelihatannya mirip, tapi sebenarnya punya fungsi dan penggunaan yang berbeda dalam sastra maupun percakapan sehari-hari.

Mengenal Figurative Language, Kunci Memahami Karya Sastra - Kelas Online Mr.BOB Kampung Inggris

Apa Itu Figurative Language?

Figurative language adalah penggunaan bahasa yang nggak sesuai makna literal kata-katanya, tapi lebih ke arah kiasan, simbolis, atau penuh imajinasi. Bahasa literal itu sederhana: apa yang ditulis, itu yang dimaksud. Misalnya: “The sky is blue.” Itu literal, artinya langit berwarna biru.

Tapi kalau penulis bilang: “The sky wore a sad blue cloak today.” Nah, ini jelas bukan literal. Langit dianalogikan kayak manusia yang bisa “pakai jubah biru kesedihan.” Itu adalah cara penulis buat ngasih nuansa emosional ke gambaran langit.

Singkatnya:

  • Literal language = sesuai kenyataan.
  • Figurative language = melampaui kenyataan, pakai simbol, imajinasi, atau efek emosional.

Jenis-Jenis Figurative Language dalam Sastra Inggris

Figurative language punya banyak bentuk. Berikut beberapa yang paling sering muncul:

1. Metaphor (Metafora)

Cara membandingkan dua hal secara langsung tanpa bantuan kata penghubung “like” atau “as.”
Contoh Shakespeare: “All the world’s a stage, and all the men and women merely players.” Dunia dianggap panggung, manusia dianggap aktor.

2. Simile (Perumpamaan)

Perbandingan dengan kata “like” atau “as.”
Contoh: “Her eyes shone like stars.” Mata dibandingkan dengan bintang.

3. Personification (Personifikasi)

Ngasih sifat manusia ke benda mati atau ide abstrak.
Contoh: “The wind whispered through the trees.” Angin seolah bisa berbisik.

4. Hyperbole (Hiperbola)

Melebih-lebihkan sesuatu.
Contoh: “I’ve told you a million times.” Padahal nggak sampai sejuta kali.

5. Symbolism (Simbolisme)

Objek dipakai untuk mewakili makna lebih besar.
Contoh: lampu hijau dalam The Great Gatsby yang jadi simbol harapan Gatsby.

6. Irony (Ironi)

Makna kata berlawanan dengan kenyataan.
Contoh: hujan badai tapi seseorang bilang, “What a beautiful day!”

7. Alliteration & Assonance

  • Alliteration: pengulangan bunyi konsonan, misalnya pada kalimat: “Peter Piper picked a peck of pickled peppers.”
  • Assonance: merupakan pengulangan bunyi vokal, contohnya: “The mellow wedding bells.”

8. Metonymy & Synecdoche

  • Metonymy: pakai kata yang dekat hubungannya. Contoh: “The crown will decide.” (crown = raja).
  • Synecdoche: bagian mewakili keseluruhan. Contoh: “All hands on deck.” (hands = orang-orang).

9. Onomatopoeia (Onomatope)

Kata yang menirukan bunyi alami: buzz, hiss, bang, crash.

10. Pun / Wordplay

Permainan kata, sering dipakai Shakespeare untuk humor atau sindiran.

Kenapa Penulis Inggris Sering Pakai Figurative Language?

Ada beberapa alasan kenapa figurative language jadi favorit penulis Inggris:

  1. Mendalamkan makna. Metafora atau simbol bisa bikin pembaca mikir lebih jauh.
  2. Menghadirkan emosi. Personifikasi atau hiperbola bisa bikin pembaca lebih terhubung dengan suasana.
  3. Membuat karya lebih memorable. Kalimat indah dengan figurative language gampang nempel di ingatan.
  4. Merefleksikan budaya. Banyak figurative language lahir dari kebiasaan dan sejarah budaya Inggris.

Contoh Figurative Language dalam Karya Sastra Inggris

Shakespeare

Di dalam Romeo and Juliet, terdapat ungkapan: “Juliet is the sun.” Ini merupakan metafora yang singkat namun sangat kuat. Juliet bukan matahari, tapi bagi Romeo dia adalah sumber kehidupan dan kebahagiaan.

Robert Frost

Dalam puisinya “The Road Not Taken”, jalan bercabang jadi simbol pilihan hidup. Itu contoh simbolisme yang kuat.

Charles Dickens

Di A Tale of Two Cities, Dickens sering pakai ironi untuk nunjukkin kontras antara kemewahan bangsawan dengan penderitaan rakyat.

George Orwell

Dalam Animal Farm, hewan-hewan jadi simbol manusia. Ironi dipakai buat nyindir politik totaliter.

J.K. Rowling

Dalam seri Harry Potter, banyak simbol dipakai. Misalnya “Dementor” yang bisa dianggap sebagai simbol depresi atau ketakutan terdalam.

Cara Menganalisis Figurative Language

Buat pembaca Indonesia, kadang figurative language terasa susah. Tapi sebenarnya ada trik sederhana:

  1. Lihat konteks. Jangan langsung diterjemahkan kata per kata.
  2. Cari kata kunci. Kalau kalimat terlalu aneh buat literal, kemungkinan itu figuratif.
  3. Rasakan suasana. Tanya: kalimat ini bikin saya merasa apa?
  4. Hubungkan dengan tema besar. Apakah simbol/metafora itu nyambung ke konflik utama cerita?

Tips Belajar Figurative Language

  1. Baca teks asli. Terjemahan sering menghilangkan efek bahasa kiasan.
  2. Catat ekspresi unik. Setiap ketemu gaya bahasa, tulis dan coba pahami.
  3. Diskusi dengan teman. Bisa lebih cepat paham kalau ada tukar pikiran.
  4. Latihan nulis. Coba bikin metafora atau simile sendiri dalam bahasa Inggris.

Kesalahan Umum dalam Memahami Figurative Language

  1. Mengartikan literal. Ini yang paling sering bikin salah paham.
  2. Mengabaikan budaya. Figurative language sering terikat konteks budaya Inggris.
  3. Melupakan bunyi. Dalam puisi, efek bunyi sama pentingnya dengan arti kata.

Kenapa Figurative Language Jadi Kunci Memahami Sastra Inggris?

Figurative language bukan sekadar hiasan. Ia adalah kunci buat membuka makna terdalam. Dengan memahami metafora, simbol, ironi, atau permainan kata, pembaca bisa masuk ke lapisan emosional, kultural, bahkan filosofis dari sebuah karya.

Tanpa itu, membaca sastra Inggris cuma akan terasa kayak baca cerita biasa. Tapi dengan itu, kita bisa menikmati keindahan, merasakan emosi penulis, bahkan menangkap kritik sosial yang disamarkan.

Penutup

Figurative language memang kadang bikin pusing, tapi justru di situlah keindahannya. Ia mengajarkan kita untuk nggak selalu melihat segala sesuatu secara literal. Ia melatih kita buat peka, imajinatif, dan terbuka dengan banyak interpretasi.

Kalau kita mau benar-benar menikmati karya sastra Inggris, kuncinya adalah terbiasa membaca dengan pikiran yang siap menangkap kiasan, simbol, dan permainan kata. Dengan begitu, setiap puisi, drama, atau novel akan terasa lebih hidup dan bermakna.

Oh iya, kalau kamu tertarik mempelajari materi bahasa Inggris lainnya, kamu bisa baca-baca artikel kami yang lainnya di website Kelas Online Mr.BOB Kampung Inggris ini ya teman-teman. Jangan lupa untuk follow akun instagram dan follow juga akun tiktok kami ya teman-teman. Kalau kamu kebingungan saat belajar bahasa Inggris, kamu bisa tanyakan materi bahasa Inggris, yang kamu kurang paham sama mentor kami loh teman-teman. Kamu bisa konsultasi di whatsapp kami dulu yuk disini!

Article written by Nabilla F.
Nabilla loves immersing herself in the world of languages and culture. Her favorite pastimes include watching Korean dramas, diving into books, enjoying good music, and savoring sushi. With a curious mind and a love for learning, Nabilla finds joy in every small moment of life.