Kelas Online Mr.BOB Kampung Inggris - Kalau kita baca karya sastra, apalagi yang ditulis dalam bahasa Inggris, sering kali kita ketemu kalimat yang kelihatannya aneh kalau dipahami secara harfiah. Misalnya kalimat “Her smile was the sun that lit my day.” Kalau diterjemahkan secara kaku jadi, “Senyumnya adalah matahari yang menerangi hariku.” Tentu saja itu nggak masuk akal secara literal. Masa iya senyum bisa jadi matahari beneran?
Inilah fungsi utama figurative language, atau yang kita kenal sebagai bahasa kiasan. Figurative language adalah trik bahasa yang dipakai penulis buat menyampaikan makna lebih dalam, bikin pembaca ngerasain emosi tertentu, atau sekadar membuat kalimat jadi lebih indah. Figurative language bisa dianggap sebagai penyedap rasa utama dalam karya sastra. Tanpa itu, puisi, drama, atau novel Inggris bakal hambar dan datar.
Buat kita yang mau benar-benar memahami karya sastra Inggris, paham figurative language itu penting banget. Karena kalau cuma baca apa adanya, kita cuma dapat permukaan. Tapi kalau bisa nangkep bahasa kiasannya, kita bisa masuk ke lapisan makna yang lebih dalam, dan itu justru inti dari membaca sastra.
Oh iya, masih seputar istilah dalam Bahasa Inggris yang sering bikin bingung, kamu juga bisa cek artikel kita tentang perbedaan antara ‘Poem’ dan ‘Poetry’. Dua kata ini kelihatannya mirip, tapi sebenarnya punya fungsi dan penggunaan yang berbeda dalam sastra maupun percakapan sehari-hari.
Figurative language adalah penggunaan bahasa yang nggak sesuai makna literal kata-katanya, tapi lebih ke arah kiasan, simbolis, atau penuh imajinasi. Bahasa literal itu sederhana: apa yang ditulis, itu yang dimaksud. Misalnya: “The sky is blue.” Itu literal, artinya langit berwarna biru.
Tapi kalau penulis bilang: “The sky wore a sad blue cloak today.” Nah, ini jelas bukan literal. Langit dianalogikan kayak manusia yang bisa “pakai jubah biru kesedihan.” Itu adalah cara penulis buat ngasih nuansa emosional ke gambaran langit.
Singkatnya:
Figurative language punya banyak bentuk. Berikut beberapa yang paling sering muncul:
Cara membandingkan dua hal secara langsung tanpa bantuan kata penghubung “like” atau “as.”
Contoh Shakespeare: “All the world’s a stage, and all the men and women merely players.” Dunia dianggap panggung, manusia dianggap aktor.
Perbandingan dengan kata “like” atau “as.”
Contoh: “Her eyes shone like stars.” Mata dibandingkan dengan bintang.
Ngasih sifat manusia ke benda mati atau ide abstrak.
Contoh: “The wind whispered through the trees.” Angin seolah bisa berbisik.
Melebih-lebihkan sesuatu.
Contoh: “I’ve told you a million times.” Padahal nggak sampai sejuta kali.
Objek dipakai untuk mewakili makna lebih besar.
Contoh: lampu hijau dalam The Great Gatsby yang jadi simbol harapan Gatsby.
Makna kata berlawanan dengan kenyataan.
Contoh: hujan badai tapi seseorang bilang, “What a beautiful day!”
Kata yang menirukan bunyi alami: buzz, hiss, bang, crash.
Permainan kata, sering dipakai Shakespeare untuk humor atau sindiran.
Ada beberapa alasan kenapa figurative language jadi favorit penulis Inggris:
Di dalam Romeo and Juliet, terdapat ungkapan: “Juliet is the sun.” Ini merupakan metafora yang singkat namun sangat kuat. Juliet bukan matahari, tapi bagi Romeo dia adalah sumber kehidupan dan kebahagiaan.
Dalam puisinya “The Road Not Taken”, jalan bercabang jadi simbol pilihan hidup. Itu contoh simbolisme yang kuat.
Di A Tale of Two Cities, Dickens sering pakai ironi untuk nunjukkin kontras antara kemewahan bangsawan dengan penderitaan rakyat.
Dalam Animal Farm, hewan-hewan jadi simbol manusia. Ironi dipakai buat nyindir politik totaliter.
Dalam seri Harry Potter, banyak simbol dipakai. Misalnya “Dementor” yang bisa dianggap sebagai simbol depresi atau ketakutan terdalam.
Buat pembaca Indonesia, kadang figurative language terasa susah. Tapi sebenarnya ada trik sederhana:
Figurative language bukan sekadar hiasan. Ia adalah kunci buat membuka makna terdalam. Dengan memahami metafora, simbol, ironi, atau permainan kata, pembaca bisa masuk ke lapisan emosional, kultural, bahkan filosofis dari sebuah karya.
Tanpa itu, membaca sastra Inggris cuma akan terasa kayak baca cerita biasa. Tapi dengan itu, kita bisa menikmati keindahan, merasakan emosi penulis, bahkan menangkap kritik sosial yang disamarkan.
Figurative language memang kadang bikin pusing, tapi justru di situlah keindahannya. Ia mengajarkan kita untuk nggak selalu melihat segala sesuatu secara literal. Ia melatih kita buat peka, imajinatif, dan terbuka dengan banyak interpretasi.
Kalau kita mau benar-benar menikmati karya sastra Inggris, kuncinya adalah terbiasa membaca dengan pikiran yang siap menangkap kiasan, simbol, dan permainan kata. Dengan begitu, setiap puisi, drama, atau novel akan terasa lebih hidup dan bermakna.
Oh iya, kalau kamu tertarik mempelajari materi bahasa Inggris lainnya, kamu bisa baca-baca artikel kami yang lainnya di website Kelas Online Mr.BOB Kampung Inggris ini ya teman-teman. Jangan lupa untuk follow akun instagram dan follow juga akun tiktok kami ya teman-teman. Kalau kamu kebingungan saat belajar bahasa Inggris, kamu bisa tanyakan materi bahasa Inggris, yang kamu kurang paham sama mentor kami loh teman-teman. Kamu bisa konsultasi di whatsapp kami dulu yuk disini!